Persepsi Orang

Beberapa saat yang lalu saya pergi ke salah satu pasar organik di Jogja dan karena sudah sering ke beberapa pasar organik jadi saya tahu beberapa orang di sana. Saya selalu pergi dengan mama, kalau gak papa. Nah ternyata ada salah seorang ibu di sana ada yang memperhatikan saya. Saya kenal dengan ibu ini, ya gak kenal banget sih, sering ngobrol dan nyapa aja.

Nah suatu saat saya pergi dengan papa. Lalu saya membeli beberapa barang sehingga tas bawaannya agak berat. Lalu papa ambil tas itu dari tangan saya dan membawanya. Ternyata si ibu ini memperhatikan, lalu dia nyeletuk “Duh duh mbak Agata ini manja banget ya. Anaknya mama papa banget, kemana-mana selalu sama mama papa. Mbok ya papanya dibantuin bawa barangnya, mosok papanya yang angkat-angkat…”

Dia mengatakannya dengan senyum dan nada bercanda menggoda. Saya hanya tersenyum saja dan bilang “berat soalnya bu hehe…”

Saya sih mencoba untuk gak tersinggung karena si ibu ini kan juga cuma kenal saya ketemu beberapa kali dari pasar. Dia juga gak tau apa yang saya alami, gak tahu cerita saya. Jadi wajar saja buat dia menggoda seperti ini.

Tapi saya ini langsung berpikir “Hmm..apakah ini yang dipikirkan orang-orang kalau lihat saya ya?”

Mungkin.

Sering banget ketika belanja, saya gak bawa barang belanjaan. Bukan karena saya tega sama mama papa saya. Mana ada sih anak yang tega biarin mama papanya bawa yang berat-berat. Saya belum bisa bawa barang berat karena jari-jari tangan saya masih kaku (akibat obat) yang membuat saya kesakitan kalau harus bawa barang berat. Saat ini saya masih berlatih, sekarang sudah bisa angkat yang lebih berat daripada tahun lalu. Sedikit demi sedikit jari saya mulai kuat, tapi belum sekuat dulu maka dari itu mama papa selalu cek dulu ke saya apakah saya kuat membawa barang, kalau gak kuat ya mereka turun tangan.

Picture from here

Kalau masalah “pergi kemana-mana sama papa mama ya, manja banget kamu”…ya itu juga bercandaan sih, tapi agak gimana gitu dengarnya haha. Saya juga gak mau kemana-mana sama orang tua. Umur sudah tua juga, harusnya sudah bisa hidup sendiri, gak bergantung sama orang tua. Ya tapi karena kondisi saya terpaksa hidup bersama orang tua. Dokter saya pun secara khusus memberi tahu bahwa saya harus selalu ada pendamping kalau pergi kemana-mana mengingat terkadang saya terkena panic attack dan kondisi fisik saya yang belum stabil sehingga bahaya kalau tidak ada pendamping. Saya sudah jauh lebih baik sekarang, jadi saya kadang pergi dengan teman dan tidak selalu dengan orang tua. Kadang saya juga dibiarkan sendiri selama beberapa jam ke tempat yang sudah familiar untuk melatih diri. Saya gak mau selamanya tergantung orang lain. Kalau sedang sendiri, rasanya aneh dan kadang bingung apalagi kalau sedang di mall yang banyak orang. Saya harus mengambil nafas dalam-dalam dan kadang harus duduk sebentar karena terkadang sangat overwhelming.

Intinya sih, kadang orang ngomong sambil lalu dan gak bermaksud apa-apa. Hanya bercanda aja. Tapi kita sebenernya gak tahu apa yang sedang dialami orang-orang yang “kelihatannya aneh” ini.

Lalu saya juga berpikir, benar gak sih ibu ini “menegur” seperti ini? Saya rasa tidak salah juga ya dia, karena dia beneran gak ada pikiran apa-apa. Dan kadang teguran seperti ini juga bisa diambil positifnya, mungkin dia ingin mengingatkan kita untuk membantu orang tua.

Nah permasalahannya dia bilangnya di depan banyak orang, jadi saya agak malu sih karena orang-orang pada lihat ke arah saya. Kembali lagi saya mencoba maklum, tetapi ada baiknya kalau dia bilangnya secara personal saja. Mungkin kalau dia bilangnya gak di depan banyak orang, saya lebih bisa menjelaskan alasan saya.

Sebenarnya pengalaman ini juga membuat saya introspeksi diri. Sering gak saya cuma lihat orang, gak kenal sama orang itu, lalu mengambil kesimpulan sendiri. Kayaknya kita semua pernah ya.

Menurut kalian bagaimana?

20 thoughts on “Persepsi Orang

  1. Aggy, Lain kali kamu ketemu ibu itu di tempat yang sama, kalau kamu nyaman bisa kamu cerita kondisi kamu. Supaya dia tahu aja. Walau kamu bisa ngerti ibu ini (mungkin) bercanda, menurutku mgga ada salahnya kasih tahu dia. Aku yakin there’s a slightest truth even in a joke. Maksudku bisa jadi dia berpikiran begitu tapi mengeluarkannya dalam bentuk candaan, ini tonenya dia. Aku serius loh Gy, good luck!

    Like

  2. Hi Aggy, aku setuju sama mbak Yoyen. Ngerti banget sih perasaan kamu pasti acakadut kalau ada yang komentar kayak gitu, tapi lebih baik kalau kamu ngomong ke si ibu penjual itu soal kondisimu. Tapi biasanya kalau diceritain gitu bakal merasa kasihan, lama lama bikin kamu nggak nyaman. mungkin kamu juga bisa bilang untuk nggak membedakan perlakuan dia ke kamu setelah dia tahu kondisimu, karena kamu nggak suka merasa dikasihani cuma karena lagi sakit.

    Like

    • Iya Crys aku juga setuju sama mbak Yo. Bener katamu Crys, kadang kalau dibilang gitu malah dikasihani. Kepingin banget menjelaskan ke dia, tapi memang kalau di pasar kan rame. Pinginnya pas lagi sepi gt.

      Like

  3. Aku rasa si ibu maksudnya mungkin bercanda tapi yg keluar dari mulutnya ngga sopan karena bukan urusan dia. Kaya gini nih banyak di Indonesia yg maunya basa basi tapi ujungnya nyebelin. Kalau aku jadi kamu aku bakal bilang ke ibu itu kondisi kamu dan akhirin dengan “makanya, kalau ngga tau kondisi orang jangan asal nyablak”

    Like

  4. Si ibu mungkin bermaksud bercanda karena dia tidak tahu kondisi kamu Gy. Having said that, menurutku bercandaan begini, apalagi yang kontennya cenderung menyudutkan (“Kok kamu gak melakukan X sih padahal (menurut saya) itu kan baik? (Padahal saya nggak tahu alasan mengapa kamu nggak melakukan X, tapi sotoy aja”), tetap agak out of line sih. Satu kemungkinan solusi bisa jadi dengan menceritakan yang sebenarnya ke si ibu, atau setidaknya sebagian dari itu yang bisa menjadi alasan yang cukup mengapa kamu nggak bisa membawa barang bawaannya, misalnya bilang aja jari tangan sedang sakit dan diminta dokter untuk nggak membawa yang berat-berat untuk pemulihan (Nggak perlu menceritakan keseluruhan ceritanya kan, at least content yang cukup untuk menjelaskan alasan mengapa begitu).

    Like

    • Betul Zil, dia gak tahu gw. Sebenarnya gw udah bilang tangan gw lagi sakit, tapi dia tetep aja hahaha. Maksudnya mau akrab tapi malah bikin gw risih sama kata-katanya. Kepingin gitu gw blg ke dia, bener kata lu ga usah bilang yang lengkap yang penting dia tahu intinya.

      Like

  5. Kalau saya nggak bakalan saya hiraukan orang yg seperti itu. Saya juga sakit sehingga bisa dibilang nggak bekerja. Paling jaga lapak pas sedang sepi saja di siang hari biar ada kegiatan. Tapi klo ada yang bilang saya nggak bantuin ortu dan sebagiannya dan aneh-aneh nggak bakalan saya respons. Saya kan sakit skizofrenia, dapat beraktivitas aja udah bersyukur kok. Klo omongan bikin mood jelek gitu diacuhkan saja, biar aja orangnya tahu diri dan nyari info dulu sebelum menghakimi. 😀

    Like

    • Ah iya benar sekali, siapa sih ya yang minta sakit dan ga bisa kerja. Semua orang juga kepingin ya kerja. Saya sebenernya gak pingin dengerin, tapi sering bertemu ibu ini dan malas saja kalau tiap kali ketemu dikomentarin seperti ini hehe. Thanks kak dan semangat terus ☺️

      Like

  6. Terlepas dari ibu itu bercanda atau nyinyir, bahkan orang yang paling ‘normal’ dan keliatan biasa-biasa pun bakal ada yang komentarin. Jadi ya menurutku pilih-pilih aja kapan harus menanggapi dan kapan gak usah digubris. Gunakan energimu hanya untuk yang penting aja dan what matters most to you, Gy.

    Liked by 1 person

    • Bener banget Bam, gw gak mau menghabiskan energi untuk satu ibu ini. Tapi gw juga akan sering ketemu ibu ini (karena dia juga ke pasar-pasar yang sering gw datangin juga), jadi mungkin suatu kali harus diberi penjelasan singkat ya. Gak usah terlalu detail tapi asal dia tahu aja sih. Sebenarnya saat sekali dia bilang begitu gw ga terlalu dengerin, eh tapi dia sudah beberapa kali komentar seperti ini :\

      Like

  7. Duh sebel sendiri bacanya. Setuju sama komen2 di atas, baiknya ibu itu emang dikasihtau. Biasanya sih kalo aku bilang sakit (tanpa bilang kanker), orang2 memahami. Tapiii.. Semakin rese orangnya, biasanya aku semakin jujur/terbuka sama sakitku, karna dia jd semakin tertampar/kaget sendiri. Hehehe.. Tapi kadang respon orang jg ga terduga. Ada aja yg komen “kok ga keliatan sakit? Beneran apa gak tuh?”. Bibirnya minta disambel emang. Apapun penjelasan kamu nanti, ke siapapun itu, ga usah peduliin respon2nya, terutama yg negatif. Beberapa orang emang ga punya hati kok 🙂
    Hugsss!

    Like

    • Iya bener sekali :/ sebenarnya aku gak pingin bilang sakit, yah namanya juga ‘cuma’ pergi ke pasar yah masak harus dengan woro2 aku sakit gitu kan. Tapi lama2 kesel juga dengan si ibu ini walaupun maksudnya bercanda tapi kalau berkali, urgh, memang benar harus dibilangin deh.

      Like

  8. setuju sama komen-komen di atas. kalo situasinya kondusif (misal gak lagi buru-buru) bisa bilang aja bahwa kamu emang lagi gak fit untuk bawa barang berat. jadi masukan juga buat si ibu untuk lain kali kalo dia punya persepsi negatif tentang orang.
    🙂

    Like

    • Akhirnya aku sudah ambil saran dari teman-teman dan bilang ke ibunya bahwa aku baru pulih. Akhirnya dia jadi gak enak sendiri. Semoga menjadi pelajaran untuknya juga (dan untukku juga sih, biar lain kali langsung aja katakan kenapa tanpa harus panjang lebar jelasin penyakitku)

      Like

  9. Setuju banget sama komennya Mbak Yoyen Gy…mungkin dicoba menjelaskan ke ibu itu. Tapi, memang seringkali orang berkomentar tanpa memikirkan efeknya ke orang lain. Sering ngalami dengan cerita yang berbeda. Kadang kalau gak kesel disenyumin aja, tapi kalau pas lagi kesel ya dibales…hihi

    Liked by 1 person

    • Akhirnya udah kujelasin ke ibunya mbak, dia langsung minta maaf dan gak enak sendiri. Ya gitu lah ya mbak orang kadang suka ambil asumsi sendiri hehe

      Like

Leave a comment